Tujuh Kasek Mutasi, Dua Mendapat Promosi
Gerbong mutasi kepala SMAN di Kabupaten Nganjuk bergerak lagi kemarin. Total ada tujuh kepala SMAN yang dimutasi. Serta, ada dua orang guru yang mendapat promosi jabatan sebagai kepala SMAN.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Nganjuk Edy Sukarno mengatakan, dua orang guru yang mendapat promosi adalah Sugeng Wibawa dan Pujianto. Sebelumnya, Sugeng tercatat sebagai guru di SMAN 1 Rejoso. Sedangkan Pujianto merupakan guru di SMAN 1 Gondang.
“Mutasi ini dilakukan untuk penyegaran dan kebutuhan instansi,” ujar Edy, kemarin siang.
Lebih lanjut ia menerangkan, Sugeng kini mendapat kepercayaan menjadi kepala SMAN 1 Kenduruan, Tuban. Adapun Puji masih tetap menjadi kepala SMAN di wilayah Nganjuk. “Beliau (Pujianto, Red) menjadi kepala SMAN 1 Patianrowo,” lanjutnya.
Di luar itu, ada tujuh jabatan kepala SMAN di Kota Angin yang mengalami pergeseran. Datangnya Pujianto praktis membuat Muryadi, kepala sekolah sebelumnya berpindah. Muryadi kini didapuk menjadi kepala SMAN 1 Kandangan, Kediri.
Ada pula nama Lanang Suprihadi yang juga bergeser. Pria yang sebelumnya menjabat kepala SMAN 3 Nganjuk itu kini dipercaya menjadi kepala SMKN 1 Pakem, Bondowoso. Jabatan kepala SMAN 3 Nganjuk yang ditinggalkannya diisi oleh Samsi. “Sebelumnya Pak Samsi tercatat menjadi kepala SMAN 1 Ngronggot,” terang Edy.
Selanjutnya, ada empat jabatan kepala SMAN di Nganjuk yang langsung bertukar pimpinan. Agus Susilo, kepala SMAN 1 Loceret bertukar posisi dengan Kusdariyadi, kepala SMAN 1 Pace. Hal serupa juga terjadi di SMAN 1 Gondang dengan SMAN 1 Prambon. Murtoyo bertukar posisi dengan Imam Mujahit.
Lebih jauh, dengan adanya pergeseran tersebut Edy berharap sekolah bisa semakin berkembang lagi. Termasuk, menjadi sekolah yang mampu bersaing dalam segala bidang. Baik di bidang akademik maupun non-akademik.
“Kami ingin menghapuskan stigma di masyarakat bahwa ada sekolah unggulan dan pinggiran. Tidak ada lagi hal itu, semua sekolah sama-sama memiliki keunggulannya,” tutur pria berkacamata tersebut.
Edy menjelaskan, mayoritas masyarakat masih beranggapan ada sekolah yang superior dibanding sekolah lainnya. Padahal, metode pembelajaran yang diberikan juga sama di tiap sekolah. Terlebih, kini sistem penerimaan siswa menggunakan model zonasi.